Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 26 Desember 2009

Wanita Jalang

,qKau datang
Bawa sejuta rayuan
Berharap aku terbuai

Kata-kata itu lagi ? ahh
Kata nan harum menuju maut
Ringan kau ucap lewat mulut terkutukmu

Maaf aku takkan segan
Aku takkan tergoda
Aku pikir aku budak nafsumu ?
Walau kau keluarkan janji-janji busukmu ?
Takkan sanggup usir imanku

Enyah kau dari kedip mataku
pergi ke ujung sana
temui wanita besar itu
Dia yang kan terpuruk dalam nafsumu
Dia lah yang kan bercengkrama dengan nafsumu , hahaha
ingat wanita besar si pojok
dan bukan AKU !
read more “Wanita Jalang”

Jumat, 25 Desember 2009

DAMAI

indah bukan ?
bergemuruh dengan tawa
membatu dengan senang
terpuruk dalam senyum

tapi apa ?
'wanita besar' berkata tidak
bodoh
ada jiwa yang tak ingin digubris dengan DAMAI
segan menari dengan keindahan

Masih saja mengelak
masih saja tak mau dengar
Mana telinga busuk mu ?
kan ku congkel dengan kata-kata 'DAMAI'

apa ? masihkah mengoleksi kata-kata tidak ?
tak taukah, aku ingin kan senyum
tak segankah dirimu ?
anjing !
read more “DAMAI”

Kamis, 24 Desember 2009

Aku

Ku kan tetap berdiri
Walau kau terus mengutuk
Takkan aku berhenti

Aku kan terus berlari
Kejar rotasi
Walau kau di belakang tuk mengejar
cukup ! tak kan ku tengok

Aku ini bisa tanpamu
Ku gapai sendiri langit itu
Tak usah kau pedulikan daku
Jua takkan ku pedulikan dirimu

Ahh . walau kau terus halangi
Ku kan terus berlari
Ku kan tetap berdiri
Karena AKU punya mimpi
read more “Aku”

Terimakasih

Desah nafas pelan
Air mata berlari turun
Tarikan nafas berirama
Sayat hati .. aahh

Itu yang kau mau ?

Terpuruk lemas ...
Kau tancapkan pedang itu
apa lagi yang kau ingin ?
air mata merah darah ?
Tapi apa ? Aku diam . Cukup sudah

Tak bisakah enyah dari masalah pekat ini ?
Inikah yang kau sebut HIDUP, Tuhan
Bercinta dengan tangisan
Bukan ini yang orang sebut SENANG . BUKAN INI !

Terimakasih telah buat hari-hariku sesak dengan tangis ..
read more “Terimakasih”

Buaian Maut

Selalu terlontar !
Ucap Bringas sang bibir
Bara caci maki membakar
Hangus kayu lapuk nan usang

Aku ini...
Takkan bernilai setitik pun
Ku tlah biarkan kalian
Bercumbu dengan amarah
dan ku tetap menari-nari dalam ambang tangis

kau anggap apa aku ini ?
kerikil kah ?
atau patung, hah ?

aah . parasit ..
hina di hadapanmu . tak berdaya ..
takkan guna
nafas yang diberikan hanya sesalmu
Buai-buai kasih dahulu pernah sirna
Kian pupus terludah caci maki mautmu !
read more “Buaian Maut”